Sunday 3 February 2013

Teori Tektonik Lempeng

Hipotesa sains tentang adanya pergerakan lempeng bumi dicetuskan oleh ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener pada tahun 1915. Namun tiga abad sebelumnya, yaitu pada akhir abad ke-15, seorang cartographer berkebangsaan Belanda, Abraham Ortelius pernah membuat gambar kartun yang memperlihatkan kecocokan antara tepi-tepi daratan Amerika Utara dan Amerika Selatan dengan Eropa dan Afrika. Ia beranggapan bahwa daratan-daratan itu menjadi terpisah karena gempa bumi dan banjir. Tapi patut disayangkan, saya belum menemukan gambar kartun-nya Abraham Ortelius. Sementara Gambar 1.1 memperlihatkan penyatuan daratan dunia karya cartographer lainnya yaitu Antonio Snider Pelligrini yang dibuat pada tahun 1858.
Wegener menyebut ide hipotesanya dengan sebutan continental drift (pergerakan benua). Ia beranggapan bahwa 200 juta tahun yang lalu seluruh benua di bumi ini pernah bersatu dalam sebuah daratan supercontinent yang sangat besar sekali yang disebut Pangea1. Kata Pangaea berasal dari bahasa yunani yang artinya satu bumi2. Pangaea mulai terpecah sejak 200 juta tahun yang lalu dan terus bergerak perlahan lahan sampai dengan hari ini, sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 1.2. Untuk mendukung hipotesa tersebut, Wegener berusaha mengumpulkan contoh-contoh batuan dan fosil dari benua yang telah terpisah pisah itu kemudian mencocokkannya.


Gambar 1.1: Kartun perubahan bentuk muka bumi. Kiri: sebelum berpisah. Kanan: setelah berpisah


Gambar 1.2: Continental drift, sebuah hipotesa tentang bagaimana perubahan bentuk benua sejak 200 juta tahun yang lalu, dicetuskan oleh Wegener pada tahun 1912

1.2.1 Bukti dari formasi batuan
Wegener berargumen bahwa sebelum Pangaea terpecah pastilah terdapat struktur batuan yang menyatu seperti misalnya gugusan pegunungan. Setelah Pangaea terpecah menjadi beberapa benua, struktur batuan tersebut juga ikut terpecah. Namun tentu saja struktur batuan yang terbawa oleh satu benua akan tetap sama dengan struktur benua yang dibawa oleh benua yang lain. Dia meneliti struktur batuan di Gunung Appalachian, USA, yang ternyata mirip dengan struktur batuan di Greenland dan Eropa. Yang menarik, usia batuan dari dua benua yang terpisah tersebut sama-sama berumur lebih dari 200 juta tahun yang lalu. Fakta ini mendukung hipotesa Wegener bahwa dulunya memang seluruh benua pernah bersatu dalam superbenua, Pangaea.

1.2.2 Bukti dari fosil
Wegerner juga mengumpulkan bukti keberadaan Pangaea dari fosil-fosil hewan dan tumbuhan yang hidup benua yang telah terpisah. Apa hasilnya? Ia menemukan fosil hewan Cynognathus dan di Afrika dan di Amerika selatan. Padahal hewan-hewan tidak punya kemampuan untuk berenang mengarungi samudra Atlantik yang begitu luas yang memisahkan benua Afrika dan benua Amerika. Selain Cynognathus, Wegener juga mendapat dukungan dari penemuan fosil Lystrosaurus di India (Asia) dan Afrika timur. Binatang ini juga tidak punya kehebatan berenang melintasi samudra Hindia. Demikian juga fosil reptil air tawar yaitu Mesosaurus yang ditemukan di Afrika selatan, Amerika selatan dan Antartika utara. Mungkinkah reptil air tawar mampu bermigrasi menyebrangi lautan yang asin airnya?
Itulah dua kepingan bukti saintifik yang mengarah pada kesimpulan memang dulunya seluruh benua ini pernah bersatu dalam Pangaea, sebagaimana hipotesa Wegener. Kita harus akui kalau dia orang hebat, lantaran mampu mengumpulkan bukti-bukti yang meyakinkan. Selain dua bukti itu, masih ada satu bukti lagi yang disodorkan Wegener. 

1.2.3 Bukti dari iklim cuaca
Latar belakang Wegener adalah meteorologist atau ahli iklim dan cuaca. Dia telah mempelajari kondisi iklim cuaca zaman purba dan hubungannya dengan tumbuhan yang bisa hidup pada iklim tersebut. Adalah Glossopteris, sebuah fosil tumbuhan yang tersebar luas di muka bumi ini. Ia ditemukan di Amerika selatan, Afrika selatan, Antartika dan India. Wegener yakin bahwa Glossopteris hanya mungkin tumbuh di daerah equator atau khatulistiwa. Artinya Wegener mau bilang kepada kita bahwa dulunya itu tanaman Glossopteris berada di satu benua yang sama yang terletak di kawasan khatulistiwa. Jadi tanaman ini tidak mungkin bisa tumbuh di Antartika, nah kalau sekarang fosil tanaman ini begitu melimpah ditemukan di Antartika (Gambar 1.3), maka dulunya posisi benua Antartika kemungkinan besar pernah berada di kawasan khatulistiwa.

No comments:

Post a Comment